Sabtu, 30 Oktober 2010

Kembalikan senyumku


Sekian lama mendung masih disini
Belum permisi tinggalkan pengap didada
Kecewanya hatiku hilangkan relung hati
Hampir saja ku mati mati rasa padamu

Kembalikan lagi senyumku yang manis seperti dulu
Ku rasa kini aku tertahan
Menahan luka yang amat dalam

Kembalikan lagi senyumku aku tak betah begini
Semenjak hati dan jiwa luka
Ku kehilangan senyum

Sekian lama mendung masih disini
Belum permisi tinggalkan pengap didada

Kembalikan lagi senyumku yang manis seperti dulu
Ku rasa kini aku tertahan
Menahan luka yang amat dalam

Kembalikan lagi senyumku aku tak betah begini
Semenjak hati dan jiwa luka
Ku kehilangan senyumku

Kembalikan lagi senyumku aku tak betah begini
Semenjak hati dan jiwa luka
Ku kehilangan senyum

Lyric of Melly Goeslaw's song

Kamis, 28 Oktober 2010

Dunia 3x4meter

kuat... patah... hitam dan putih... gelap, terang dan abu-abu... selalu berganti... dan akan terus berganti...

pilihan... bersandar saat tak bisa tegar... bersembunyi, diantara pelik ironi... menyulam mimpi diantara langit kusam, mencoba tegak diantara kayu-kayu keropos...

dunia, dimana maya seringkali mendominasi... malaikat dan iblis, ketika saatnya diperankan, sang bijak dan alter ego tak lelahnya berseteru... dan bekunya, menjadi saksi para pendosa dan pencari surga...


by Pipit Puspitasari on Sunday, May 17, 2009 at 6:11pm

Habis...

jalanan... menamparkan kenyataan...

sempurna, tak adakan sebuah kehidupan...

kesalahan... mencabik habis, semua cita yang terbentang...

menghujat, bertanya, menunjuk... bukan lagi saatnya... toh nila sudah jatuh kedalam susu sebelanga... tak bisa dipisahkan lagi bukan?

melihat kedepan adalah jalan satu-satunya, karena hidup untuk masa depan... bukan masa lalu...

=3 mei 2009= just survive ur self...

by Pipit Puspitasari on Sunday, May 17, 2009 at 5:43pm

Phie-M1 (hidup itu...seperti air)

Jangan jadi bintang karna ia terlalu jauh untuk di jangkau, karna ia hanya terlihat jika hari telah gelap gulita. jangan jadi bulan karna ia tak bisa mandiri. tak bisa bersinar tanpa matahari. Tapi jika termotivasi, liatlah air dan belajarlah darinya. Bukankah hidup qta seperti air. Perjalanan panjang ia tempuh untuk sampai ke lautan. walaupun melewati batu-batuan, tebing terjal di pegunungan, pori-pori di dalam tanah, sampai lorong2 kecil selokan toh suatu hari ia tetap sampai ke tujuannya...Lautan! Dalam perjalannya sang air sering kali berubah menjadi air es, embun, air untuk kebutuhan manusia sampai akhirnya menjadi air limbah. Dan siklus ini akan terus berulang ketika matahari menguapkannya ke angkasa dan mengembalikannya menjadi hujan untuk kemudian berjuang kembali menjadi air...untuk kembali menemukan lautan...bagiti dan begitu seterusnya.

ya, jadi air... air yang selalu menghargai setiap perubahan dalam hidupnya... Walaupun jadi uap, es, atau embun...toh dasarnya tetaplah air. Dan yang paling penting... Menjadi air yang bermanfaat...bukan sebaliknya!! iya gak?hehehe 

by Pipit Puspitasari on Sunday, May 17, 2009 at 4:28pm

Kamuflase!! (suara satu jiwa)

Kutatap selembar jaminan masa depan, yang KATANYA buat negara!
Padahal, Tak lebih sebagai jaminan kehidupan mereka,

Yang berebut mengisi daftar panjang, sebagai aristokrat dadakan!
Menjadi malaikat karbitan dalam sekejap. Dermawan semusim yang haus kilatan, menjadi hedonis sepanjang sisa waktunya.

Menghafal janji di setiap tangga, dan tiba-tiba amnesia begitu sampai di puncaknya.
Menjanjikan kesejahteraan, legalitas di setiap cara menurut versinya, tapi anehnya apatis terhadap moral.

Si jujur, penuh loyalitas pasti ada, satu diantara seribu dalam kemungkinan, walaupun perampok yang nyata jelas mendominasi.


by Pipit Puspitasari on Sunday, May 17, 2009 at 3:30pm

Fatalisme nol besar!

si miskin bilang, memang sudah nasib... pesakitan bilang, memang sudah nasib... lalu... apa guna membanting tulang? apa guna obat di cipta?

sebrutal itukah, nasib mengintimidasi manusia?! atau, sepecundang itukah manusia, berlindung di balik kamuflase nasib!

seperti, tindakan bodoh Romeo yang katanya memilih bunuh diri, karna tak bisa terima nasib begitu mendengar juliet mati! Bunuh diri karena cinta?! ShiT!!! NOL BESAR!! Bukankah syarat cinta adalah bertahan hidup?

Nasib, tak ada harga mati untuknya...
Jadi, buang saja Fatalisme ke tempah sampah!!!

Jauh, diluar kehendak Tuhan atas manusia, Nasib itu, Dikendalikan tangan dan kaki... Bukan sebaliknya!!

by Pipit Puspitasari on Sunday, May 17, 2009 at 3:05pm
kaRya seorang saHabat yang teLah pergi jauh..mendahului kita kembali ke sisiNya

Rokok Baik Untuk Ekonomi Adalah Propaganda

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, pemahaman bahwa industri tembakau baik untuk ekonomi merupakan propaganda yang dibuat oleh perusahaan rokok.

"Pengertian industri tembakau, meski buruk untuk kesehatan, tetapi baik untuk ekonomi negara merupakan propaganda yang dibuat oleh perusahaan rokok," kata Direktur Tobacco Free Initiative WHO, Dr. Douglas Bettcher, saat diskusi dengan media mengenai bahaya rokok di kantor perwakilan WHO di Jakarta, Rabu.

Dalam Forum Ekonomi Dunia di Jenewa, menurut dia, disepakati ada delapan penyakit tidak menular yang bisa menambah beban negara dan lebih beresiko daripada penyakit menular.

Menurutnya, enam dari delapan penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian di dunia diakibatkan oleh konsumsi tembakau.

Ia juga menjelaskan kerugian yang diakibatkan oleh rokok mencapai 1,2 miliar dolar AS, sekitar 5-7 kali keuntungan pemerintah dari cukai produk tembakau tersebut, sehingga jelas lebih merugikan.

Menurut warga negara Kanada itu, ada beberapa bukti bahwa kebijakan menaikkan pajak telah menurunkan angka perokok.

"Thailand memberlakukan cukai sampai 75 persen dari harga rokok dan sukses mengurangi angka perokok serta menaikkan pendapatan negara," kata Bettcher.

Mesir, lanjutnya, menaikkan cukai rokok sampai 40 persen dan menggunakan penerimaan dari pajak itu untuk mendanai layanan kesehatan bebas biaya.

"Di Indonesia, masyarakatnya permisif dan tidak ada batasan pada iklan di media dan sponsor pada acara atau kegiatan anak muda, seperti musik dan acara olah raga," katanya

WHO mengakui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dilakukan kalangan swasta, tetapi tidak mengakui kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tembakau, kata Bettcher.

"Perusahaan tersebut pada dasarnya membunuh setengah dari konsumennya, jadi tidak bisa dibilang sebagai bertanggung jawab secara sosial," kata Bettcher yang akan berada di Jakarta hingga Jumat.

Ia menyarankan pemerintah Indonesia menerapkan larangan merokok di tempat umum, ada gambar peringatan pada bungkus rokok, pelarangan iklan dan sponsor perusahaan rokok untuk pagelarlan musik dan olah raga sepenuhnya, serta membuka jalur telepon untuk perokok yang ingin berhenti.

"Kami bukan ingin mematikan industri tembakau, tetapi hanya ingin aturan ketat supaya masyarakat dapat hidup dalam lingkungan sehat dengan membuat keputusan benar," imbuhnya.

Ia menjelaskan sekitar 10-15 persen kematian di Indonesia berkaitan dengan rokok.

Senin, 04 Oktober 2010

Rokok "Membunuh" Lebih dari 1.000 Orang per Hari

Sabtu, 2/10/2010 | 15:06 WIB


KOMPAS.com - Duta Masyarakat Sehat Anti Rokok, yang juga adalah Puteri Indonesia Lingkungan 2009, Zukhriatul Hafizah, menyatakan bahwa 1.172 orang meninggal per harinya karena rokok di Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan Komnas Pengendalian Tembakau (Komnas PT) inilah, Fiza semakin aktif mengajak semua pihak menyadari bahaya rokok, termasuk kepada perempuan.


Apalagi jumlah perokok perempuan terus bertambah 10 kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Perokok di bawah umur juga meningkat empat kali lipat, kata perempuan yang akrab disapa Fiza ini.


"Rokok menjadi masalah besar dan memprihatinkan. Perlu dilakukan sosialisasi tentang bahaya rokok dengan cara komunikasi yang tepat dan tidak menyinggung. Pesan utamanya adalah menyelamatkan diri sendiri," tegas Fiza, seusai aksi damai antitembakau bersama 38 finalis Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2010, yang diadakan oleh Komnas PT di Citywalk Sudirman, Jakarta, Sabtu (2/10/2010).


Indonesia masih belum tegas mengatasi masalah dan dampak rokok. Indonesia ikut merancang konvensi pengendalian tembakau yang diinisiasi WHO 10 tahun lalu, namun hingga sekarang Indonesia belum menandatangani konvensi ini, kata Ketua Harian Komnas PT, Laksmiati A Hanafiah.


Indonesia cukup tertinggal dalam menangani bahaya merokok. Padahal di sejumlah negara terdekat seperti Singapura dan Thailand, rokok dikendalikan lebih serius.


"Di Thailand, rokok seperti narkoba. Rokok juga menjadi barang mahal. Di banyak negara, bungkus rokok juga disertai visual tentang bahaya merokok," kata Fiza kepada Kompas Female.


Banyak cara menyadarkan masyarakat tentang dampak merokok. Seperti yang disebutkan Fiza yang juga diamini Laksmiati. Gambar penyakit yang ditimbulkan rokok harus ada di bungkus rokok, seperti stroke, serangan jantung, dan kanker. Komnas PT juga melakukan advokasi kepada pemerintah untuk melarang iklan rokok dalam tayangan televisi maupun kegiatan sponsorship yang banyak menarik perhatian anak muda, seperti konser musik


"Sasaran iklan rokok yang masif ini adalah anak muda. Apalagi anak muda masih banyak yang menganggap biasa risiko rokok," kata Laksmiati yang mengaku tak membatasi hak orang untuk merokok dan fokus pada penyadaran bahaya merokok, terutama dari sifat adiktif rokok.

Pemicu kemarahan dan solusinya

Dulu, seringkali Anda mengekspresikan kemarahan dengan membanting pintu lalu pergi meninggalkan orang yang membuat kita marah.

Tapi kini, zaman sudah berubah, dunia teknologi makin membebaskan Anda untuk meluapkan kemarahan. Bisa dengan mengetik Email, SMS, bahkan membuat status Facebok atau Twitter. Namun, hal ini justru dinilai berbahaya. Menurut Scott Wetzler, Ph.D., seorang psikiater dan profesor dari New York City Montefiore Medical Center, tindakan ini berbahaya bagi kondisi psikis orang yang sedang marah. Terutama wanita.

"Orang yang meluapkan kemarahannya sendiri, dalam arti hanya mencurahkan dalam akun jejaring sosial atau melalui Email, akan kehilangan betapa pentingnya argumen dan konfrontasi," ucapnya, seperti dikutip dari Shine.

Intinya, Anda tetap membutuhkan kehadiran orang lain sebagai media konfrontasi. "Mengatasi masalah dengan kesendirian hanya akan memicu kemarahan itu semakin parah," tambahnya.

Menurut Wetzler, kemarahan akan berefek positif jika Anda bisa melihat reaksi wajah, bahasa tubuh dan mendengar intonasi suara lawan bicara Anda, saat melakukan percakapan. Jadi, semua hal yang membuat Anda bisa langsung mendapat respon dan diselesaikan secara langsung.

Dengan kata lain, argumentasi dan komunikasi bisa menjadi jalan terbaik untuk meredam dan perlahan-lahan menghilangkan amarah Anda.

Sebaliknya, wanita yang cenderung hobi meluapkan kemarahan itu hanya dengan mengetik status di akun jejaring sosial, justru akan memicu kemarahan itu semakin memuncak.

"Mungkin Anda merasa puas dengan menghujat lewat tulisan, namun semakin Anda merasa puas, tanpa disadari, emosi kemarahan itu akan semakin menjadi-jadi," kata profesor itu menambahkan.

Hal ini juga dibenarkan oleh seorang peneliti dari University of Minnesota. Dia mengatakan, bahkan komunikasi melalui telepon seluler pun penuh risiko. "Kualitas suara yang buruk dan gangguan lainnya bisa menjadi salah tafsir. Akibatnya bisa menyebabkan konflik, rasa sakit hati dan kesalahpahaman," ungkapnya.

Eddie Reece, seorang psikoterapis yang berbasis di Atlanta, membedakan antara kemarahan menjadi dua, negatif dan positif. Marah negatif sering ditandai dengan berteriak dan memukul. Sedangkan kemarahan positif, didasari oleh kematangan, komunikasi yang terkendali dan kepercayaan diri. Tidak perlu menahan perasaan, kata Reece, cukup atur cara Anda berkomunikasi.

"Kemarahan dapat menjadi emosi paling intim antara dua orang yang ingin berbagi. Dengan belajar untuk lebih bijaksana dan bertanggung jawab, Anda tidak hanya menjadi lebih tenang dan sehat, tapi juga akan lebih bahagia," jelas Reece. (umi)
• VIVAnews